Selasa, 19 April 2011

Once Upon a Time.

Wish#: I want to fit in.


          Jarum jam masih menunjukkan waktu lima belas menit sebelum pukul tujuh ketika aku tiba di depan gerbang sekolahku. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur selama dua minggu, dan itu juga berarti hari pertamaku duduk di kelas XI. Inilah yang menjadi alasan kenapa aku begitu bersemangat untuk sekolah hari ini, padahal biasanya aku selalu telat sampai disekolah. Ehe..:)
         Setelah sempat berjuang keras untuk belajar dalam mengahadapi ujian akhir semester, akhirnya sekarang aku resmi duduk di kelas XI IPA. Ternyata ada banyak juga siswa yg bersemangat dalam menyambut tahun ajaran baru ini. Terlihat dari raut wajah mereka yg terlihat berseri-seri, dan pakaian mereka yg rapi tanpa sedikit pun terlihat lipatan pertanda mereka menyetrikanya dengan segenap hati. (ehehe lebay.. XD)
          Aku memasuki kelas yang akan kuhuni selama setahun kedepan nanti. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil tempat duduk di sebuah bangku kosong di baris paling belakang. Murid-murid lain masih berkeliaran diluar sembari menunggu bel berdering, beberapa diantaranya duduk diatas meja sambil mengobrol. Sedikit-sedikit aku bisa menyebutkan nama mereka satu-persatu, tapi yang lainnya masih asing bagiku. Itu karena aku yang kurang bersosialisai dengan mereka saat masih duduk di kelas X dulu. Aku agak menyesalinya, tapi dalam hati berjanji bahwa mulai sekarang aku akan mencoba untuk berteman baik dengan mereka semua.
          Aku melirik bangku yang ada disebelahku. Bangku itu kusediakan khusus untuk teman baikku, yang lagi-lagi duduk dikelas yang sama denganku. Sudah delapan tahun sejak aku pindah kekota ini, aku dan dia tidak pernah sekalipun duduk dikelas yg berbeda. Tapi itu tidak membuatku bosan, tidak sama sekali. Karena kalau bersama dia, aku merasa tidak ada yang lain pun tak apa-apa. Merasa aman dan nyaman, karena dia selalu melindungiku. Mungkin dia merasa perlu melakukan itu, karena postur tubuhku yg kecil atau mungkin juga karena alasan lain yang aku juga tak tahu.
Sambil menunggunya datang, aku memutuskan untuk mengamati kelas baruku. Kesan pertama yang aku dapatkan adalah rasa nyaman, suasana yang teduh, dan pencahayaan yang cukup. Semua terasa menyenangkan, apalagi tempat dudukku yang menurutku sangat strategis ini,karena letaknya yang berada persis disamping jendela sehingga aku bisa dengan jelas melihat langit, dan taktala cuaca panas sedang berusaha membumi hanguskan seluruh isi kelas, maka akulah orang yang paling bahagia karena akan selalu mendapatkan angin segar. Letak kursi ku yang berada di bagian sudut paling belakang ini juga sangat menguntungkan, karena jika pelajaran yang membosankan sedang berlangsung, aku bisa tidur atau baca komik dengan leluasa tanpa diketahui oleh guru. (wooaaah.,, what a wonderfull place.. ^_^v)
          Aku menghentikan aksi penilaianku ketika terdengar bel berbunyi nyaring, pertanda semua siswa harus masuk ke kelasnya masing-masing. Tidak lama berselang, wali kelasku yang baru pun memasuki kelas. Dengan susah payah ia berusaha menarik perhatian teman-teman sekelasku, tapi mereka tetap saja mengabaikannya, dan terus bercerita dengan heboh. Ternyata waktu liburan dua minggu ini mampu melahirkan banyak cerita.
          Setelah mendapatkan perhatian dari seluruh anggota kelas, wali kelasku langsung memberikan petuahnya dan memilih orang-orang yang akan bertanggung jawab terhadap kelas kami nantinya.
          Kami sedang berdebat dalam pemilihan ketua kelas, saat seorang anak cowok masuk kekelasku tanpa permisi. Anehnya lagi, ia masuk sambil menenteng kursi di tangan kirinya sedang tangan yang lainnya memegang tas yang disampirkan di bahunya. Aku termangu melihatnya dan bertanya-tanya dalam hati, siapa orang ini?. Aku tidak mengenalnya, ataupun merasa pernah melihatnya sebelum ini. Perhatian teman-temanku sempat tersita oleh kedatangan mahluk aneh bin ajaib ini. Tapi, dengan cueknya ia melangkah masuk lalu menempatkan kursinya di sudut lain dari ruang kelasku. Dan disanalah ia sekarang. Duduk di sisi lain dari kelasku, tepat bersebrangan dengan tempat dudukku saat ini.
          Sepersekian detik berikutnya, perhatian teman-temanku kembali tertuju pada wali kelas. Menurutku orang ini hebat. Walaupun hanya sebentar, tapi tetap saja ia dengan mudahnya dapat menarik perhatian semua anggota kelas, bahkan tanpa ia sadari. Padahal wali kelasku saja butuh waktu sepuluh menit untuk mendapatkan perhatian itu.
Aku melirik kearahnya yang telah duduk dengan nyaman di kursinya. Aku menangkap ekspresi bosan di raut wajahnya, dan seakan berusaha untuk menampakkan kebosanannya, ia pun menguap lebar-lebar lalu menelungkupkan wajahnya diatas meja. Tidur. Dari sinilah aku dapat menarik kesimpulan bahwa dia, si “mahluk aneh” itu, ternyata tidak peka dan.. aku agak malu mengakuinya, tapi ini benar. Dia.. menarik. Yah,Setidaknya itu menurutku.


0 komentar:

Posting Komentar